Ketika hamil dua tahun lalu, aku sempat bimbang apakah harus menjalankan kewajiban berpuasa atau tidak, walaupun ada keringanan untuk ibu hamil dan menyusui dengan meng-qadha dan/atau membayar fidyah ketika bulan Ramadhan usai jika kondisi tidak memungkinkan. Namun, setelah konsultasi ke dokter dan mempertimbangkan dengan matang terkait kondisi kehamilan, aku memutuskan untuk mencoba berpuasa, tentunya dengan persetujuan DSOg (dokter spesialis obgyn) dan sesuai dengan kondisi janin yang baik.
Saat itu, tahun 2017 adalah Ramadhan pertamaku dengan kondisi hamil dengan usia janin 31 minggu (masuk trimester tiga). Tahun berikutnya, 2018 adalah tahun ketika aku menyusui, begitu juga Ramadhan tahun ini masih pada kondisi menyusui namun tidak se-eksklusif tahun lalu karena anakku sudah MPASI dan akan disapih 3 bulan mendatang. Saat hamil, aku dapat melaksanakan puasa satu bulan penuh. Namun, ketika menyusui aku batal beberapa hari karena kondisi yang tidak mendukung dan aku tidak mau memaksakan.
Nah, ketika menjalankan puasa, khususnya saat hamil, beberapa hal aku pertimbangkan dengan matang, tentunya dengan bekal konsultasi dengan DSOg dan sharing pengalaman sesama ibu hamil dan menyusui lainnya. Berikut ini adalah rangkuman dari pengalaman dan tips berpuasaku saat itu.
Konsultasi dengan dokter mengenai kondisi ibu dan janin

Konsultasi dengan dokter adalah hal pertama yang aku lakukan sebelum memutuskan untuk berpuasa ketika hamil. Selama kondisi ibu dan bayi tidak bermasalah maka berpuasa diperbolehkan. Dengan catatan tetap memeriksakan kehamilan sesuai jadwal, mengikuti saran-saran dari dokter dan minum obat/vitamin kehamilan dari dokter secara teratur. Tentu kondisi ibu dan janin tiap orang berbeda. Jika dokter belum mengizinkan, lebih baik ikuti saran dan masukan dari dokter yang biasa memeriksa kehamilan agar kondisi selalu terjaga.
Memperhatikan asupan makanan saat sahur dan berbuka

Perhatikan asupan makanan yang masuk saat sahur dan berbuka. Untuk aku pribadi, biasanya buah dan sayur lebih banyak dan dimakan sebelum makan berat. Jadi asupan nutrisi dan serat dapat terserap dengan baik. Selain itu, pengaturan pola makan saat berbuka, setelah salat tarawih, dan sahur juga perlu diperhatikan karena idealnya, ibu hamil makan lebih 1/3 dari porsi biasa untuk asupan janin. Dengan mengatur pola ini, usahakan makanan yang masuk tidak berkurang dari biasanya, hanya jadwalnya saja yang berubah karena berpuasa di siang hari.
Ta’jil dengan kurma saat berbuka dan juga sahur juga sangat bermanfaat karena berdasarkan penelitian kandungannya sangat baik untuk ibu hamil dan menyusui. Bisa juga dengan membuat rendaman kurma, lalu diminum saat sahur.
Minum air putih cukup

Air putih sangat penting apalagi untuk ibu hamil dan menyusui karena ada janin/bayi yang butuh banyak asupan cairan lewat air ketuban atau ASI. Bagaimana caranya agar tetap cukup? Tips berikut mungkin bisa dilakukan:
Minum air putih 1 gelas saat berbuka, setelah ta’jil, setelah makan malam, sebelum dan sesudah solat tarawih, sebelum tidur, bangun ketika sahur, dan setelah makan sahur. Total sudah 8 gelas yang diminum. Namun, lebih banyak lebih bagus atau bisa juga ditambah atau diganti salah satu dengan susu yang biasa diminum atau jus segar.
Tetap aktif dan bugar saat berpuasa

Berpuasa bukan berarti menjadi malas atau lemas sehingga tidak berolahraga. Dengan tetap aktif dan bergerak saat berpuasa, tubuh akan tetap terasa bugar. Namun, tetap diingat porsi olahraga dan teknik olahraga untuk ibu hamil, jangan berlebihan dan tetap perhatikan kemampuan tubuh. Beberapa olahraga sederhana yang cocok dilakukan adalah yoga, pilates, atau senam hamil.
Berdoa dan yakin

Beri afirmasi positif pada diri sendiri supaya kuat dalam menjalani puasa. Akan tetapi, kalau keadaan dan kondisi tidak memungkinkan, jangan dipaksakan. Tetap perhatikan yang terbaik untuk kondisi ibu dan janin/bayi. Kalau sudah mulai pusing, mual, keringat dingin, bahkan muntah, segeralah berbuka. Ibu hamil dan ibu menyusui telah diberi kemudahan dalam menjalankan ibadah puasa, Kita dapat menggantinya di lain hari dengan qadha dan/atau fidyah sesuai dengan alasan tidak terlaksananya puasa tersebut.
Nah, itu beberapa poin yang aku rangkum berdasarkan pengalaman aku berpuasa tahun sebelumnya. Semoga dapat bermanfaat bagi ibu yang sedang hamil atau menyusui yang sedang bimbang apakah harus berpuasa atau tidak. Satu hal yang selalu aku garisbawahi, ibu hamil dan menyusui telah diberi kemudahan dalam menjalankan ibadah puasa, jika mampu dan yakin dengan kondisi bisa dijalani, namun jika tidak jangan dipaksakan. Semua demi yang terbaik bagi ibu dan janin/bayi. Selamat menjalankan ibadah puasa! 🙂
Photo source: pixabay.com